Dangdut adalah salah satu music
yang paling asli dari Indonesia, hal senada dilantunkan oleh group vokal
Project Pop dengan lagunya “dangdut is
the music of my country”, sekaligus menurut saya genre music paling
fenomenal di Indonesia dari dulu. Sangat banyak penggemar dangdut dari segala
usia. Ya walaupun sekarang ini penikmatnya dari kalangan menengah ke bawah,
tetapi tetap saja Dangdut akan selalu memiliki pendengar yang setia. Maka tidak
salah hampir setiap stasiun televisi nasional akhir-akhir ini menciptakan
goyangan baru dengan bumbu music dangdut yang dibuat sebagai soundtrack dari
acaranya.
Artikel saya kali ini bukan
membahas dangdut secara mendalam, tetapi hanya suatu kesan yang akhir-akhir ini
ramai diperbincangkan di media yang melibatkan penyanyi dangdut terkait kasus
pejabat Indonesia. Sebut saja beberapa diantaranya Tri Kurnia Rahayu di kasus
suap sapi dan pencucian uang yang mengaku menerima transferan dari Ahmad
Fattanah, ada juga Machicha Mochtar yang tidak diakui anaknya oleh suami
sirinya eks Menteri Sekretaris Negara era orde baru Moerdiono, kemudian Melinda
pelantun cinta satu malam yang menikah siri dengan seorang bupati, Angel Lelga,
Maria Eva dan yang paling baru dugaan transfer uang dari Akil Mochtar ke
bebrapa penyanyi dangdut seperti Rya Kdi, Evie Tamala. IIs dahlia dan banyak
lagi yang lainnya.
Kebanyakan kasus tersebut adalah
menikah siri yang pada akhirnya tidak diakui pejabat yang bersangkutan dan ada
juga yang bermula dari pengisi acara kampanye yang berlanjut dengan transferan
honor. Bayangkan saja dari sekian banyak kasus pejabat di negara ini, hampir
semuanya membawa nama-nama biduan dangdut. Mengapa begitu mudahnya para biduan
ini terseret oleh kasus-kasus pejabat? Inilah mungkin yang membuat imej dari
penyanyi dangdut yang terkesan murahan dengan goyangan erotis meliuk-liuk di
panggung melantunkan lirik-lirik lagu erotis sambil mengeluarkan
desahan-desahan. Bukan rahasia lagi, ketika seorang calon pejabat mengundang
penyanyi dangdut sebagai pengisi acara, tentunya lagu yang dibawakan bukanlah
“satu nusa satu bangsa, bagimu negeri, atau Indonesia raya”. Lagu yang
dibawakan tidak jauh dari “ cinta satu malam, pacar 5 langkah, atau hamil
duluan”. Nah bisa kebayangkan apa yang ada di pikiran pejabat yang sedang
stress memikirkan uang untuk kampanyenya? Karena pikiran sudah buntu, takut
stroke maka mereka mencari hiburan dari ke erotisan tarian para biduan ini.
Maka tidak mungkin berlangsung
cinta satu malam ataupun satu bulan atau bahkan tiga bulan. Para biduan mungkin
akan termakan janji-janji palsu dan bahkan melupakan bagaimana rasanya sebagai
istri dari pejabat tersebut. Tidak mungkinlah mereka tidak tahu kalau pejabat
terkait sudah punya istri. Tapi itulah mereka, mungkin karena masih polos
sehingga suka polos.
Masalahnya adalah para biduan ini
mengatasnamakan diri sebagai penyanyi dangdut, yang notabene salah satu ciri
musik Indonesia, secara langsung mereka mencemarkan music itu sendiri. Dangdut
kemudian akan dipandang sebagai musik erotis untuk mesum. Maka tidak sedikit
juga orang yang tidak suka akan jenis musik ini. Harapan kita tentunya adalah
menjadikan Dangdut sebagai slah satu genre musik yang dapat mengangkat budaya
Indonesia. Tentunya tanpa mengumbar gaya murahan yang sering kita lihat
sekarang ini. Dan semoga saja para musisi tidak hanya bergantung pada selera
pasar dan membuat sensasi, sehingga lirik lagunya tidak terlalu vulgar tanpa
desahan-desahan tidak jelas. Akhirnya semoga
Musik Indonesia semakin baik, dan Dangdut akan menjadi Musik Indonesia
yang paling Indonesia.
No comments:
Post a Comment