Kontroversi dan ajang cari
sensasi merupakan bagian pokok dari dunia Entertainment di Indonesia. Bahkan
aksi-aksi yang seperti inilah yang menjadi trend singkat mencari popularitas.
Efeknya adalah diundang di acara-acara televisi yang memprovokasi kasus
tertentu, sehingga kasus tersebut melambung seiring dengan melonjaknya
popularitas si pencari sensasi. Jika kasus tersebut sudah tidak menarik lagi
dibicarakan publik alias sudah expired, maka tinggal cari kontroversi baru
supaya dilirik lagi entah dengan cara apapun itu. Inilah strategi ‘berjualan’
ala selebritis Indonesia.
Tidak percaya?
Farhat Abbas buktinya:
Pengacara yang menjadi suami dari
penyanyi lawas Nia Daniati ini sedang menikmati kepopulerannya di jagad hiburan
saat ini. Anak Mantan Hakim Agung, Abbas Said ini melalui banyak proses untuk
menuai kepopulerannya. Prosesnya tidak terlalu rumit sepertinya. Namun
membutuhkan keberanian mengambil resiko. Farhat mulai dikenal publik ketika
menikahi Nia Daniaty. Sejak itu Dia mulai dikenal selebritis lain dan banyak
menangani kasus selebriti. Inilah yang membuat dia ikut popular karena otomatis
menjadi juru bicara ke media. Entah alasan tidak berhasil menangani kasus ini,
Farhat kehilangan popularitasnya, tidak ada lagi seleb yang mempercayakan kasus
kepadanya. Namun itu tidak berlangsung lama, Ia kemudian muncul sebagai pembela
kasus tersangka korupsi. Anehnya di tahun 2011 malah mencalonkan diri sebagai
ketua KPK dan bahkan mengumumkan pencalonan diri sebgai Calon Presiden 2014.
Berlanjut lagi komentar rasis terhadap Ahok. Seakan semua itu tidak cukup
membuat dia diundang di televisi, maka Farhat mulai mencari akal untuk lebih
memilih menghujat di twitter. Farhat mengomentari setiap trend yang sedang hits
di Indonesia. Mulai dari Jokowi, Ahok, SBY sampai Agnes Monica tidak luput dari
hujatannya. Terakhir adalah ocehannya kepada Ahmad Dhani yang berbuntut
tantangan tinju dari anak Ahmad Dhani. Dan yang paling terakhir inilah yang
membuat dia hampir tiap hari mengisi infotainment di televisi dan highlight di
kanal showbiz media online.
Bukannya merasa bersalah, Farhat
justru sangat menikmati semua kontroversi yang diciptakannya. Jelas saja
demikian, Farhat Abbas justru mendapatkan banyak uang karena kontroversi
tersebut. Saat dia menghina goyang Caisar di acara YKS dan Showimah, bukannya
di suruh minta maaf. Malah tim YKS dan Showimah mengundangnya di acara tersebut
dan bersalam-salaman seperti tidak terjadi apa-apa. Di twitternya dia menghina
Raffi Ahmad dan Olga yang hampir tiap hari muncul di Pesbuker, nah malah
diundang juga ke acara tersebut. Klarifikasinya apa? Kata si Farhat mah, itu
bercanda saja. Candaan yang lucu!
Setiap orang memang memiliki cara
masing-masing untuk bertahan di suatu komunitas. Termasuk di komunitas
selebritas tanah air. Orang-orang seperti Farhat justru mendapat kans yang
lebih luas untuk berbicara di televisi dan isi kepalanya didengarkan khayalak.
Yakni cara dia menyerang para artis, menghujat dan ikut campur masalah orang
lain. Cara-cara ini yang dilakukannya untuk menarik perhatian, dan sukses tanpa
halangan apapun.
Semakin besar kontroversi yang
dibuat seorang publik figure yang ‘kebintangannya’ sudah menjelang titik redup, maka akan semakin menaikkan
harga jual orang tersebut. Dan sejalan dengan jumlah orang yang akan
mengikutinya. Lihat saja di twitter Farhat Abbas diikuti lebih dari 357.000
orang. Maka tidak heran jika para produser televisi menghadirkannya, karena
pasti masih banyak yang ingin menonton pencetus sumpah pocong ini. Jadi
ditengah banyaknya orang yang tidak ingin melihatnya lagi, si Farhat tetap
dirindukan banyak orang.
Banyak masyarakat yang sangat
membenci figure yang satu ini, kebencian ini seringkali diluapkan di twiter
yang mengakibatkan Farhat menjadi paling banyak dibicarakan. Inilah yang akan
meningkatkan popularitasnya. Seperti hari ini saja, di tengah duka atas
meninggalnya bintang Fast and Furious 6, Paul Walker, tweeps di indonesia
justru membawa nama Farhat Abbas. Nah makin terkenal kan dia. Tidak lama kemudian
Farhat akan diundang di acara talkshow yang belakangan ini serba sensasional.
Jadi ditengah banyaknya komentar
yang hendak memboikot seseorang dari pertelevisian tanah air ini dan demi
menyelamatkan tayangan-tayangan yang berkualitas dengan pengisi acara yang
layak ditonton, maka mari bersama-sama untuk cerdas dan kritis dalam memilih
acara yang layak tayang. Toh sebenarnya semuanya terserah pemirsa. Rating
televisi sebagai dasar produksi sebuah acara televisi adalah seberapa besarnya
acara tersebut ditunggu oleh penonton. Dan eksistensi seorang public figure
juga tergantung seberapa besar keinginan penonton/pemirsa atas kehadiran tokoh
tersebut.
Mari membesarkan yang baik, dan
mengecilkan yang tidak baik!
Salam J
No comments:
Post a Comment